One Klik

Welcome

Rabu, 17 Februari 2010

BERKAT DALAM KERUKUNAN

BERKAT DALAM KERUKUNAN

Indahnya Kerukunan



Maz. 133: 1 “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!“

Saya percaya bahwa setiap orang senang dengan apa yang baik dan indah. Siapa pun manusianya; pintar atau bodoh, baik atau jahat. Meskipun kadang-kadang kebaikan dan keindahan itu bisa menjadi relatif ketika berhadapan dengan etika, norma, adat dan kebiasaan. Paling tidak seorang yang jahat pun akan menginginkan yang baik dan indah bagi dirinya dan keluarganya sendiri.

Pemazmur  melihat bahwa ada kebaikan dan keindahan dalam suatu kerukunan, oleh karena itu setiap orang diajak untuk hidup dalam kerukunan. Kalau kita membuat suatu alur atau flow, maka bisa kita gambarkan bahwa ending dari proses ini adalah kebaikan dan keindahan, yang dihasilkan dari sebuah kerukunan, sedang kerukunan adalah hasil kontribusi sikap dan tindakan yang baik dari dua atau lebih orang/pihak. Ajakan hidup dengan rukun di dasari adanya dua atau lebih pihak dalam suatu komunitas sehingga diperlukan sikap dan tindakan yang baik untuk menciptakan kerukunan diantara mereka. Jadi kerukunan tidak tercipta begitu saja secara tiba-tiba tapi merupakan andil dari orang-orang yang termasuk dalam suatu komunitas itu.

Sikap yang paling mendasar untuk menciptakan suatu kerukunan adalah melihat kepentingan bersama lebih utama dari kepentingan pribadi, saling memahami dan menghormati antara satu dengan yang lain. Sikap ini yang perlu dimiliki setiap orang. Sebaliknya apabila ada pihak-pihak yang mementingkan diri sendiri, tidak mau berusaha memahami orang lain sehingga dengan mudah memfonis/menghakimi, tidak mau menghormati orang lain dan mau menang sendiri akan menciptakan pertikaian atau permusuhan dan mungkin juga chaos.

Kepenting diri sendiri yang dimaksud tidak melulu dilihat dari segi materi tapi juga kehormatan. Bukan hanya karena “gila” materi seseorang bisa jatuh ke dalam dosa tetapi juga “gila” hormat. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam persekutuan, keluarga bahkan gereja, ada yang memiliki sikap negatif seperti disebutkan diatas akan menghasilkan pertikaian/permusuhan dan atau perpecahan.

Bukan berarti tidak ada perbedaan yang mungkin menghasilkan “kerikil-kerikil” permasalahan dalam suatu komunitas, tapi kalau perbedaan dikomunikasikan dengan baik dengan sikap terbuka dan rendah hati serta mendasarkan pada kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bersama, maka pasti akan menghasilkan kesepakatan yang baik dan menguntungkan bersama. Istilahnya “conflict of ideas” itu biasa asal jangan “conflict of interest”.


Seperti Minyak Yang Baik

Mazmur 133:2 “Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.“

Indahnya diam bersama dengan rukun, di gambarkan seperti minyak yang baik di atas kepala Harun.  Minyak yang dituangkan ke atas kepala Harun berbicara mengenai pengurapan saat pemilihan Harun menjadi imam (Kel. 30:30). Dalam hal ini Harun telah dikhususkan menjadi imam, pemimpin spiritual umat Israel. Ia menjadi perantara umat kepada Tuhan. Imam akan membawa persembahan mewakili umat kepada Allah, sekaligus mewakili Allah kepada umat untuk mengajari dan mengawal pelaksanaan prinsip-prinsip hukum Tuhan bagi bangsa Israel.

Kita harus ingat bahwa dalam PL, kesetiaan percaya dan kepatuhan memenuhi perintah Tuhan atau ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan, akan berimbas langsung kepada umat Israel. Kesetiaan dan kepatuhan akan membawa kemenangan melawan musuh-musuh dan berkat yang selalu tersedia, sedangkan ketidaksetiaan akan membawa kekalahan dan penderitaan. Dengan adanya imam, umat Israel secara terorganisir dan terpimpin akan beribadah kepada Tuhan. Kelangsungan hubungan spritual/rohani yang terus-menerus antara umat dengan Tuhan lewat peribadatan akan membawa berkat bagi umat Israel. 

Dalam kehidupan jaman kita ini, dapat kita maknai bahwa minyak yang baik adalah berkat rohani, urapan Roh Kudus  dari Allah yang diterima oleh mereka yang hidup dalam kerukunan dalam iman kepada Yesus. Berkat rohani yang menjadikan mereka menjadi orang-orang yang khusus dan terdepan dalam urusan rohani. Mereka yang hidup rukun akan memiliki kekuatan besar dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Tidak saja mereka akan saling menopang dan membangun antara satu dengan yang lain lewat doa-doa serta nasehat dan motifasi yang  membangun tetapi juga dengan penggabungan potensi yang ada dalam komunitas yang rukun itu akan dapat menjangkau jiwa-jiwa lewat penginjilan dan pelayanan-pelayanan yang lain dan membawa jiwa-jiwa itu kepada Tuhan.    

Dalam konteks perjanjian baru, bahwa setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dirinya adalah menjadi imamat yang rajani (1 Petrus 2:9). Kita tidak lagi membutuhkan imam dalam konteks perjanjian lama sebagai pengantara antara kita dengan Allah. Kita diberi kuasa untuk berbicara langsung kepada Allah dan Allah berbicara kepada kita lewat Roh Kudus dan firman-Nya yang tertulis (Alkitab). Justru sebagai imamat yang rajani kita akan membawa keluarga, sahabat, rekan kerja, rekan pelayanan, jiwa-jiwa terhilang, dunia dan permasalahannya kepada Tuhan lewat doa syafaat kita. Dalam penginjilan umum dan penginjilan pribadi, imamat-imamat yang rajani yaitu kita yang percaya memiliki tugas membawa Tuhan kepada jiwa-jiwa terhilang sekaligus membawa jiwa-jiwa terhilang kepada Tuhan.

Yang luar biasa dari kehidupan orang-orang hidup dalam perjanjian baru, yaitu adanya otoritas yang dapat dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan (bukan seperti dalam perjanjian lama dimana hanya orang-orang tertentu yang di pilih secara khusus), untuk melakukan perkara-perkara besar (Markus 16:17-18). Meskipun harus kita akui bahwa ada talenta-talenta khusus/berbeda yang diberikan kepada setiap orang, tetapi setiap orang memiliki kesempatan, bahkan untuk meminta talenta bagi dirinya sendiri (1 Kor. 12-14).

Seperti Embun Gunung Hermon.

Mazmur 133:3 "Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Lihatlah contoh yang diberikan Daud ini, alangkah baik dan indahnya sebuah kerukunan. Di umpamakan seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung (bukit-bukit) Sion.

Gunung Hermon adalah gunung yang tinggi yang berada Libanon. Ia berada pada ketinggian sekitar 2800 m diatas permukaan laut. Hampir sepanjang tahun gunung ini bersalju yang menghasilkan embun yang tebal di sekelilingnya. Embun yang turun ke kaki gunung Hermon dan ke gunung-gunung atau bukit yang lebih rendah disekitarnya menghasilkan titik-titik air. Demikian gunung sion yang cenderung kering mendapat berkah dari embun dan air yang mengalir dari gunung Hermon.  Air dari gunung Hermon juga mengalir ke sungai Jordan dan berakhir di Laut Mati*.

Embun melambangkan berkat yang turun dari atas (tempat tinggi) mengalir ke tempat yang rendah.  Satu sisi bisa kita maknai ini sebagai berkat dari Tuhan kepada mereka yang merendahkan diri. Namun lebih daripada itu adalah bahwa dalam suatu komunitas yang rukun mereka yang berada di posisi atas akan menjadi berkat bagi mereka yang berada dibawah.

Mereka yang kuat akan memberkati yang lemah, yang dewasa menjadi berkat bagi yang belum dewasa, yang tua menjadi berkat bagi yang muda, yang kaya menjadi berkat bagi yang berkekurangan, yang berkhikmat menjadi berkat bagi mereka yang kurang berhikmat, yang berpengetahuan menjadi berkat bagi yang tidak berpengetahuan, dll. Tidakkah ini baik dan indah?

Namun harus kita akui, bahwa kerukunan hanya dapat dicapai apabila ada kasih yang senantiasa mendasari dan mengikat setiap orang. Kasih yang mengacu kepada kasih Allah yang murni.  Maka miliki kasih Allah, itu yang utama.

Tuhan Memberkati
St.L.Hutabalian

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berikan balasan yang membangun....
GBU