One Klik

Welcome

Minggu, 21 Maret 2010

The Day After Tomorrow

The Day After Tomorrow


Beberapa hari lalu bersama seorang teman pergi menonton sebuah filem yang saat ini sedang diputarkan di teater-teater filem di Taipei. Tak kusangka, kudapati bahwa seluruh bangku dalm teater tersebut penuh terisi. Ketika filem belum diputar aku berpikir wah kalau filemnya gak bagus maka ada banyak orang yang akan membagi perasaan yang sama dengan saya. Namun ternyata filem tersebut begitu bagus. Banyak hal yang bias dipelajari dari filem ini, bahkan juga tentang persiapan menjelang saat kematian kita dan juga tentang kehidupan di dunia kelak. Setelah menonton filem tersebut aku ingin membagi kesan yang ada dalam bathinku.

Roland Emmerich, sutradara filem fiksi The Day after Tomorrow, menyatakan bahwa malapetaka terbesar yang kini mengancam peradaban dunia modern adalah kekuatan alam, terutama pergeseran iklim planet kita ini. Apa yang anda boleh sebut sebagai bencana alam seperti hujan batu, tornado, taifun, gempa bumi atau tsunami, akan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam filem tersebut, dikisahkan seorang klimatolog, Prof Jack Hall (Dennis Quaid). Setelah mempelajari perkembangan perubahan iklim yang terjadi di masa silam, ia menyatakan bahwa global warming (pemanasan suhu bumi) akan mempengaruhi pergeseran keseimbangan iklim bumi dan mendatangkan malapetaka yang mendunia. Prof. Jack memberikan peringatan kepada pihak pemerintah untuk membuat tindakan preventif, namun ternyata tindakan penangkalan ini sudah amat terlambat. Setelah padang es di kutub selatan terpecah, iklim dunia menjadi kacau. Hujan batu menimpa Tokio. Tornado mengepung Hawai. Hujan es secara aneh beterbangan di negeri India yang dikenal gersang itu. Los Angelespun terkubur dalam putaran angin tornado. Menurut hasil setudi Prof. Jack, pecahnya padang es di kutub selatan menyebabkan meluapnya air dingin di kutub yang akan menggenangi seluruh muka bumi. Tragedi air bah yang terjadi di zaman Nuh kini dilakonkan sekali lagi.

Segalanya terjadi hanya dalam sehari. Tsunami besar-besaran menghadang kota New York. Semua bangunan raksasa kota New York terkubur di dasar air. Perahu besar ¡”milik Nuh¡” yang seharusnya berada di tengah laut lepas, bergerak bebas tanpa kendali di antara bangunan tersebut, menabrak dan menghancurkan segala yang ada. Aneh! Semuanya belum berakhir di sini. Air yang datang juga membawa serta arus dingin, sehingga air laut menjadi beku dan salju kini beterbangan. Dan justru di saat ketika semua orang keluar bermain salju ini, arus dingin utara datang menyerang mengubah segala isi bumi menjadi balok es yang kaku dan mati.

Dan setelah hari ini berubah menjadi besok. Seisi bumi seakan mati. Dunia seakan diciptakan baru yang bermula dari nol lagi. Namun penciptaan baru ini adalah sesuatu yang tak diharapkan. Setiap manusia seakan memandang diri dan bertanya; ¡”Apa yang harus saya perbuat untuk menyelamatkan dunia kita ini. Bagaimana nasib planet kita ini kelak?¡”

Beberapa tempat di awal filem ini dapat kita lihat lampu-lampu yang terang benderang. Generator dan alat angkutan yang menderu-deru. Semua ini membawa akibat memanasnya suhu bumi kita ini. Karbon dioksida, CO2 terus dihasilkan setiap hari dan dimuntahkan ke antariksa. Kita tak bisa menghilangkan CO2, karena kita masih butuh penerangan, kita masih butuh alat angkutan yang sering membawa polusi tak terkendali. Kita masih menggunakan AC. Namun filem ¡”The Day After Tomorrow¡”, walau cuman suatu fiksi, ia mengajarkan kita untuk menciptakan dunia yang bebas CO2, dunia bebas polusi, ; sebuah dunia yang dihiasi pohon yang hijau lebih dari pada diisi oleh berbagai bentuk greenhouse.

Lebih dari semuanya, di tengah memanasnya suhu bumi, di tengah perubahan iklim yang kian drastis ini, kita sebagai satu keluarga penduduk bumi hendaknya berhenti berperang. Kita berhenti membenci satu sama lain, berhenti hidup saling bermusuhan, dan bersama-sama berusaha keras untuk menyelamatkan planet kita ini. Mari kita mulai hari ini juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berikan balasan yang membangun....
GBU