One Klik

Welcome

Rabu, 14 April 2010

Beriman Secara Bodoh

Beriman Secara Bodoh


Telah kita ketahui bahwa kelahiran Yesus telah lama diramalkan oleh para nabi, terutama oleh nabi Yesaya sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama hari ini: "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel." (Yes 7: 14b). Tapi apa yang menjadi latar belakang dari ramalan Yesaya ini?

Pada tahun 735 sampai tahun 751, Ahas sang raja yang namanya disebut dalam kitab nabi Yesaya hari ini memerintah sebagai raja Yehuda. Pada saat yang sama, Assyria mengancam akan menaklukan Israel. Untuk mendapatkan bantuan dari Yehuda, Israel menyerbu Yehuda agar memihakinya berperang melawan Asyria. Ahas menolak permintaan Israel dan mencoba untuk meminta bantuan Asyria, dan sebagai imbalannya Yehuda akan memberikan bantuan kepada Asyria dalam usahanya menyerang dan menguasai Israel. Dalam situasi yang demikian, Tuhan datang kepada Ahas dengan perantaraan Yesaya, dan meminta agar Ahas tidak mencari pertolongan dari Asyria karena Tuhan sendiri berjanji untuk memberikan pertolongan kepadanya. Untuk membuktikan bahwa Tuhan akan menepati janjiNya, Ahas boleh memohon sebuah tanda apa saja dari Tuhan. Namun dengan alasan bahwa ia tak mau mencobai Tuhan, Ahas menolak untuk meminta tanda dari Tuhan dan ia sendiri telah membulatkan tekadnya untuk meminta bala bantuan dari Asyria. Kendatipun demikian, Tuhan masih memberikannya sebuah tanda untuk membuktikan bahwa kutukan yang dipilih Ahas adalah sesuatu yang salah, dan bahwa Tuhan akan tetap menyertai dan melindungi umatNya. Dan tanda itu adalah bahwa "seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel."

Kendatipun tujuan dari tanda yang diberikan Tuhan lewat nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa Ahas telah berbuat salah karena tidak percaya akan penyelenggaraan Allah, namun bacaan Injil hari ini sungguh menggenapi apa yang diramalkan oleh Yesaya ini. Ramalan yang diberikan Tuhan kini menemukan penggenapannya dalam diri Yesus yang dilahirkan oleh seorang perawan muda Maria.

Dalam bacaan Injil hari ini, Mateus mengisahkan bahwa Maria telah bertunangan dengan Joseph. Namun sebelum Joseph menerima Maria sebagai isterinya, Maria telah mengandung. Bagi Yosef, misteri mengandungnya Maria hanya bisa dijelaskan dengan satu asumsi bahwa Maria telah berhubungan dengan seseorang yang tak diketahui oleh Yosef. Hal ini berarti Maria telah menemukan seseorang yang ia cintai. Dan bila demikian, tak ada pilihan lain bagi Yosef kecuali membiarkan cinta yang telah bersemi dalam hati Maria itu terus bertumbuh-kembang, dan tak harus diganggu oleh kehadiran dirinya. Yosef, pasti sambil menahan rasa sakit hati, memutuskan untuk secara diam-diam meninggalkan Maria yang dicintainya itu. Ia bersedia menanggung rasa sakit tersebut sendirian, tanpa harus memberikan pembalasan dendam.

Lebih dari itu, rasa cintanya kepada Maria tak dihilangkan oleh kenyataan bahwa Maria kini telah dihamili oleh orang lain. Yosef tahu apa yang akan terjadi pada Maria bila kenyataan penghamilan di luar perkawinan itu dijadikan publik. Perajaman dengan batu merupakan hukum yang harus dipatuhi, dan Maria akan juga mengalami nasib yang sama. Yosef tak menghendaki hal ini terjadi, tetapi secara diam-diam meninggalkan Maria, dan mengharapkan bahwa ayah dari sang janin yang ada dalam rahim Maria itu akan dmuncul dan menerima Maria, dan dengan demikian Maria akan terbebas dari hukum perajaman. Dari sini nampak jelas bahwa Yosef adalah seorang yang sungguh bijak. Dalam situasi demikian, Tuhan datang dalam mimpi dan menjelaskan kepada Yosef apa yang telah terjadi. Dan di hadapan Allah, Yosef seakan seekor lembu yang kelu tanpa mampu menuturkan sebuah kata. Kita tak menemukan kata-kata yang keluar dari mulut Yosef dalam kisah Mateus. Yosef tak berbicara banyak. Yosef tak bertanya. Yosef tak membantah. Yosef juga tak meragukan apa yang diwartakan malaekat kepadanya. Tetapi sebaliknya, setelah bangun dari tidur, ia berbuat seturut perintah Allah. Dalam seluruh kitab Injil, Yosef hanya dikisahkan sebagai seorang yang mendengarkan perintah Tuhan lewat mimpi, dan tanpa ragu melaksanakan apa yang diperintahkan kepadaNya.

Dengan bertolak pada kaca mata manusia yang hidup di dunia modern dewasa ini, kita mungkin akan mengatakan bahwa Yosef adalah seorang yang beriman secara "bodoh", karena kita akan mengatakan bahwa iman menuntut intelek, beriman bukan berarti mengamini tanpa pertimbangan rational. Namun ada begitu banyak contoh dalam Kitab Suci, yang memunculkan banyak tokoh yang beriman secara "bodoh" seperti Yosef ini. Abraham, bapa kaum beriman ini secara amat "bodoh" mengikuti perintah Tuhan, bahkan untuk mengurbankan anak tunggalnya sekalipun. Petrus dan Paulus secara amat "bodoh" menerima nasib untuk dipenggal karena iman mereka. Dan lebih di atas segalanya, kedatangan Yesus ke duania ini untuk dilahirkan secara amat hina dan akhirnya mati secara hina, adalah juga suatu tindakan yang "bodoh". Namun Yesus rela menjadi "bodoh" hanya karena cintaNya akan aku dan Anda.

Temanku... Akan tiba saatnya ketika iman kita menuntut kita untuk bertindak secara "bodoh". Relakah kita untuk berbuat demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berikan balasan yang membangun....
GBU